Minggu, 28 Juni 2020

Ning Nong 1

Karakter seseorang juga bisa diukur dari keadaan 6 kawan dekat. Bernasib baikkah atau burukkah sahabat-sahabatnya itu? 

Selalunya, daya magnet kehidupan terpancar dari pihak dominan yang mampu menarik kebiasaan kisaran manusia. 

"Tetangga saya sering pinjam kendaraan. Namun mulai berkurang setelah platnya ditukar dari merah menjadi hitam. Bensin tidak diisi full agar mereka tak pergi lebih jauh," kata orang andalanG. 

"Bensin mereka ganti?" 

"Ya" 

"Mereka gunakan untuk apa kendaraan dinas itu?" 

"Biasanya untuk pacaran," jawabnya.

"What?"

"Pernah malah ada yang sampai bermalam dengan kekasihnya. Rupanya, mereka bangga pakai plat merah agar terlihat seperti orang kantoran," jelasnya tersenyum. 

"Itu jurus menipu lawan. Sakira kendaraan itu digunakan untuk sesuatu yang berguna seperti jualan ikan." ujar saya sambil geleng-geleng kepala.

Dia berkarakter ekstrovert dengan pergaulan super luas hampir tanpa rem. Berdomisili di lingkungan nelayan dan sekarang membangun bisnis sampingan, jual beli ikan dan distributor suatu makanan.

Berbeda dengan takdir, nasib adalah konsekuensi dari pilihan sadar manusia baik di dunia maupun akhirat. 

Contoh berpacaran. Ini sebuah pilihan dari jenis pedekate lain yaitu taaruf. Pacaran bisa berupa kata mesra, pegangan tangan, berciuman, berpelukan dan bahkan pada banyak kasus "perkawinan".

Taaruf merupakan pilihan pedekate sesuai hukum syara' untuk melakukan pernikahan. 

Namun tak semua berpacaran dan taaruf berujung pada beristeri. Bisa saja batal di tengah jalan.

Suatu hari saya bertanya kepada Jeng Gosip, "kenapa banyak orang merahasiakan rencana pernikahan?"

"Karena akan membuat malu jika gagal menikah," jawabnya. Perawat lain duduk mendengarkan di ruangan bangsal.

"Biasanya kandas karena apa?"

"Marah-marahan"

Saat ini saya amati, kata kawin bermakna umum, bisa kawin seperti hewan yang dinamakan dalam dunia manusia sebagai perzinahan atau MBA (married by accident).

Sedangkan nikah bermakna khusus yaitu kawin sesuai nilai-nilai agama (Islam) baik caranya dengan berpacaran maupun taaruf. 

Berpacaran biasa terjadi dalam masyarakat demokrasi liberal maupun kaum adat yang belum tersentuh agama (Islam).

Penilaian terhadap nasib baik dan buruk juga memiliki beberapa jenis seperti materi, keturunan, profesi dan kedudukan.

Orang kaya, bangsawan, pekerja ahli dan pejabat dianggap kebanyakan masyarakat sebagai orang bernasib baik.

Orang miskin, rakyat jelata, pekerja kasar dan karyawan sebagai bernasib buruk.

Namun tulisan ini memaknai orang kaya & miskin, bangsawan & rakyat jelata, pekerja ahli & kasar dan pejabat & karyawan yang berbuat sholeh sebagai orang-orang yang bernasib baik.

Sedangkan kaya & miskin, bangsawan & rakyat jelata, pekerja ahli & kasar dan pejabat & karyawan yang berbuat "salah" karena melanggar hukum syariah sebagai orang-orang yang bernasib buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar