Selasa, 16 Februari 2021

Mr. Beetle 1

Dia amat pandai merangkai kata. Mudah bergaul melalui pendekatan emosional teknik rayuan. Gampang meyakinkan orang lain menggunakan diksi yang tepat. Sungguh, dia pintar bersosialisasi memakai kekayaan kosakata.

Karakternya terbentuk oleh kerasnya zaman kegelapan. Sistem pergaulan sekali lagi membuktikan betapa kuatnya daya tarik lingkungan, mampu memaksa kebanyakan orang yang memiliki kelemahan akar keyakinan.

Sayangnya, di era kapitalisme, lingkungan kotor semakin terlihat dzahirnya. Dominasi ini berefek pada pemaksaan tampilnya gerombolan pembawa virus berbahaya & tertipunya sejumlah besar sel para pecundang.

Dia memiliki riwayat hidup kelabu. Orang-orang yang masih berakal sehat akan berusaha menghindari pengalaman pahit ini. Namun masa lalu tinggallah kenangan. Tak usah terlalu disesali tapi jadikanlah sebagai sebuah pelajaran.

Di tangannya kini, terbentang pengalaman panjang tentang prahara rumah tangga. Empat kali gagal dalam ujian membina keluarga. Kembang Desa, Dewi Segala Urusan, Jeng Bermulut Pedas dan Mbakyu Berhati Dingin merupakan rentengan para mantan.

Wajar terjadi pada iklim demokrasi liberal. Person yang berakidah lemah, seringkali abai kepada saran, berhati keras terhadap perintah dan larangan Allah SWT serta memiliki 6 kawan dekat yang bermasalah semua merupakan lima variabel utama retaknya mahligai rumah tangga.

Tekanan hidup demokratis tak disalurkan pada tatanan parit yang lurus. Narkoba salah satu pelarian para pecundang hingga pak polisi berkumis berhasil mengendusnya pada suatu hari.

Proyek pemerintah yang menggiurkan terbengkalai sudah lalu kompetitor mengambil alih. Trust rekanan bisnis menjadi hancur lebur. Sementara nasib keluarga makin terbengkalai.

Namun angin perubahan justru berasal dari balik jeruji.

"Saya mulai membiasakan diri sholat 5 waktu disana. Juga belajar mengaji iqro," akunya suatu hari. Qolbu slalu bersyukur mendengarkan kesyahduan lantunan suara dari petikan harpa. Semoga ucapan itu keluar dari ketulusan hati.

Dia kedahuluan oleh tiga adik kandungnya untuk berhijrah. Inilah keuntungan lingkungan keluarga yang bisa dia berdayakan. Demi usaha menyelamatkan nasib hidup baik di dunia maupun akhirat.

Ada berita terbaru tentang dia. Bulan depan, dia akan kawin lagi. Rupanya masih ada setangkai bunga yang rela menerima cengkeraman batin Mr. Beetle.

"Wangi bunga mawar semerbak tercium hingga ke Kota Kendari," kata puitis Pemetik Harpa yang disambut suara kekaguman ibu-ibu jagoan gosip saat acara pelamaran.

Bunga Mawar mampu berdamai dan memaafkan masa lalu Mr. Beetle yang belum ceria.

"Saya tahu caranya," ucapnya optimis. Dia seorang guru SD. Kedua tangannya sangat dermawan. Berasal dari keluarga polos, jujur dan rajin ibadah.

Semoga Bunga Mawar mampu mendidik, mengajari dan memperlakukan calon bayi besarnya itu secara lebih dewasa.

Untuk urusan inilah, baru-baru ini, saya ditakdirkan bersua kembali dengan Pemetik Harpa setelah 5 bulan berpisah tak ada kabar. Ada misi yang sama di Daerah Takalar sana.

Menyatukan cinta antara Si Jomblo dan Jeng Muda hampir setara nilainya dengan memadukan kasih antara Mr. Beetle dengan Bunga Mawar diatas gazebo pelaminan.

"Semoga ini pernikahan terakhir kali buatnya," kata Bunga Sakura penuh pengharapan.

Allah SWT berfirman :

وَاَ نَّهٗ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَا لْاُ نْثٰى ۙ 

"Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan." (QS. An-Najm 53 : 45)

Dukungan saudara, doa keluarga dan kemampuan untuk bangkit cepat dari keterpurukan membuat nasibnya kini jauh lebih baik. Status pekerjaan sekarang direktur sebuah developer perumahan.

"Setiap orang memiliki siklus hidupnya masing-masing," kata Bunga Sakura.

Karakter hampir mustahil untuk bisa dihilangkan namun keyakinan dan kebiasaan adalah pilihan hidup. Tujuan hidup hakiki manusia adalah menjadi hamba Allah SWT sebagai makhluk dari Sang Khaliq.

Allah SWT berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Az-Zariyat 51 : 56)

Jumat, 12 Februari 2021

Tajir 2

Dia pasien terakhir poli. Berusia sekitar 62 tahun.

"Saya kelas 6 SD pada masa gerombolan."

"Bagaimana keadaan saat itu?"

"Sangat menakutkan. Kami dilarang sekolah. Jika kedapatan maka akan diculik dan dihukum mati bila tak punya uang tebusan."

Saya teringat dengan informasi terkait operasi "false flag" seperti pernah diceritakan oleh seorang warga Kepulauan S beberapa tahun lalu saat bertugas sebagai PTT di puskesmas.

Pihak musuh membuat tentara sempalan yang kerjanya membunuhi warga dan membakar rumah-rumah. Tindakan itu mengatasnamakan pihak lawan sehingga warga tak bersimpati dan menjauhi mereka.

"Pakaiannya hitam-hitam," kata sumber.

Pandangan kembali terarah ke pasien tua.

"Adakah keluarga nenek ikut menjadi korban?"

"Banyak. Kami sering bersembunyi dalam rumah. Seandainya bisa lanjut sekolah, saya akan selalu juara kelas." Dia tersenyum. Semua tubuhnya berbalut kulit keriput, tanda usia senja.

"Dulu hidup ketakutan, sekarang di musim corona juga ramai orang mengalami kesulitan, bagaimana pendapat nenek?"

"Corona ini siapa yang buat?" tanyanya balik sambil membetulkan kerudung yang juga digunakan sebagian sebagai penutup hidung.

"Menurut informasi, berasal dari Negeri C karena kebiasaan mereka makan kelelawar sehingga menular ke manusia."

"Agama kita melarang makan kelelawar, haram," kata nenek.

"Nenek kemari bersama siapa?"

"Sendiri"

"Jalan kaki?"

"Ya"

"Masih kuat jalan tanpa tongkat?"

"Ya. Rumah saya dekat dari sini, ruko jualan tegel sebelum masjid."

Dia bercerita tentang keluarga. Anak tunggal dan memiliki sepasang anak. Cucu-cucunya banyak menjadi pegawai dan pengusaha. Satu diantaranya berprofesi sebagai dokter.

Berasal dari keluarga tuan tanah. Orangtuanya mantan kepala lingkungan. Dahulu disebut jannang.

"Ada pembagian tanah 2 hektar per orang dari negara saat itu," katanya.

Dia sekarang tinggal bersama anak kedua yang perempuan. Meskipun tak bekerja tapi dia punya banyak sumber pemasukan.

Namanya passive income. Harta yang terus menghasilkan uang tanpa ikut bekerja. Bukan lagi manusia bersusah payah mencari uang tapi uanglah yang "bekerja" untuk manusia.

Ada sekitar 6 tanah yang disewakan dekat rumah untuk berbagai usaha termasuk satu dikontrak oleh toko swalayan terkenal per tahun.

"Awalnya, mereka ingin membeli tapi saya tolak."

Beda dengan keluarga lainnya, dia lebih memilih menyewakan tanah daripada menjualnya. Sehingga dia tidak kesulitan dana sampai sekarang bahkan bisa pergi haji 2 kali dan terakhir umrah 1 kali bersama cucu-cucunya.

Dia juga memiliki 8 hektar tanah persawahan di pinggiran Kota M dan 20 hektar di Daerah M. Semua telah dia berikan kepada keturunannya.

"Apa rencana nenek selanjutnya?"

"Mau belikan mobil buat cucu."

"Nasehat apa yang nenek seringkali berikan kepada mereka?"

"Jangan nakal dan sombong karena Allah marah."

"Maksud keduanya bagaimana, Nek?"

"Nakal jangan bermain-main wanita jika laki dan bermain-main laki jika perempuan."

"Berpacaran istilahnya sekarang, Nek."

"Sombong. Jangan merendahkan orang lain dan mengata-ngatai mereka meskipun kita sudah kaya. Berpakaian sederhana saja."

Dia bercerita tentang seorang sepupu 2 kali yang dulu sering tampil gaya tapi sekarang hidup menderita.

Tekanan darah, kadar kolesterol, asam urat dan gula darah, semuanya normal. Matanya tertuju kepada kertas hasil pemeriksaan.

"Masih bisa membaca tanpa kacamata?"

"Ya"

"Apa kebiasaan nenek?"

"Sejak kecil tidak makan daging kecuali ikan. Biasa makan telur dan sayur. Bangun setiap jam 3, membaca al-Qur'an sampai subuh. Setiap waktu, saya isi dengan mengaji 3 sampai 5 kali sehari."

Tak ada yang menyangka dari penampilan, nenek ini seorang tajir. Pakaiannya amatlah sederhana.

Kata seorang owner muda kuliner terlaris online Kota M saat wawancara di Radio Smart FM bahwa banyak seniornya, pengusaha kaya raya, berpenampilan sederhana dan tak mau menonjolkan diri.

Diskusi berhenti setelah mendekati waktu sholat jumat.

Rasulullah bersabda, "ridhalah dengan apa yang dibagikan Allah SWT untukmu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya.'' (HR Turmudzi)

Selasa, 09 Februari 2021

Mimpi Yang Nyata 5

Kakak Jeng Muda bergelut di bisnis jual beli jahe putih. Komoditi itu didatangkan dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.

"Jahe sangat laku di masa corona," ungkap sang kakak. Kedua matanya melihat tumpukan karung berisi jahe di halaman depan rumah.

"Dijual kemana?"

"Surabaya," jawabnya. Kini pandangannya beralih ke arah Jalan Poros Bantimurung yang berbatasan dengan rumah. Kendaraan belum begitu ramai saat itu.

"Mobil ekspedisi akan mengangkutnya dari sini ke Pelabuhan Makassar," tambahnya.

"Khasiat jahe putih (zingiber officinale var. amarum) sangat banyak diantaranya sebagai bumbu masakan, untuk menghangatkan badan hingga sebagai antioksidan."

Setelah sekian lama berbincang, tiba-tiba muka Bunga Sakura muncul dari pintu rumah lalu berseru, "ayo kita pulang sekarang!"

"Sebentar, biasanya kalian para wanita lebih tahan lama bergosip."

Doi tersenyum lalu masuk lagi ke ruang tamu melanjutkan cerita bersama ibu-ibu. Suara mereka kembali ramai seperti pasar ayam.

"Bagaimana dengan corona? Rencana vaksin?" tanya Pemetik Harpa. Saya menjawabnya sesuai informasi dari berbagai sumber termasuk analisa politik pelayanan kesehatan.

Setelah terasa cukup, muka saya munculkan di pintu rumah lalu memanggil Bunga Sakura, "Ayo kita pulang! Apa yang kalian gosipkan?" Ibu-ibu melihat satu sama lain dengan senyum simpul.

Kami berempat minta permisi kepada Jeng Muda dan keluarganya. Cukup banyak titipan oleh-oleh termasuk kue favorit dan jahe putih.

"Biarkan saya yang setir mobil!" pinta Pemetik Harpa.

"Tak usah."

Kata motivator "pengulangan adalah ibu dari semua keterampilan" termasuk kemampuan menyetir mobil di jalan ekstrim.

"Pengalaman mengendarai mobil akan meningkat. Jika kita selamat nanti, berarti saya salah seorang lulusan dari jalan berbahaya ini. Itu alasan utamanya."

Perjalanan pulang biasanya terasa lebih mudah daripada sebelumnya. Kami mampir sejenak beli semangka merah segar di lapak buah pinggir jalan lalu segera berangkat lagi.

"Memangnya acara pelamaran selalu menghadirkan pihak desa?" tanyaku polos.

"Kebetulan musim corona, mereka ingin memastikan protokol kesehatan dijalankan," jawab Pemetik Harpa.

"Kita disangka bawa 2 mobil sehingga tuan rumah menyediakan banyak makanan," kata Bunga Sakura.

Selain kepala desa, hadir pula kepala dusun dan kepala KUA. Acara pelamaran sekaligus menentukan biaya nikah Rp 600 ribu.

Pandangan saya arahkan ke cermin, "Dia menang banyak. Kami lama tegang di acara pelamaran sementara dia datang belakangan menikmati hasil," godaan buat Si Jomblo. Dia tersenyum.

Disisi kiri, terlihat beberapa ekor monyet bermain-main di pinggir jalan. Mereka berasal dari hutan sini. Pandangan yang mirip dengan suasana Jalan Raya Taliwang dekat dari spot wisata Rastaliank Kawapisak Poto Batu Beach di NTB saat berperan sebagai sukarelawan korban Gempa bumi Lombok 2018.

Sebenarnya Jalan Poros Bantimurung selain sebagai jalan darat utama yang menghubungkan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, juga berguna sebagai kawasan wisata.

Andaikata aspalnya berkualitas nomer satu,  jalan diperlebar dan tiap tikungan tajam dibuatkan jembatan layang, mungkin harapan itu lebih mudah terwujud. Tapi impian ini butuh anggaran sangat besar, kemauan politik tinggi dan iklim politik yang sehat.

Dua jam kemudian, kami tiba di perumahan Pemetik Harpa. Sebagian buah tangan kami berikan kepadanya. Sedangkan uang amplop tanda terima kasih ditolaknya. Mungkinkah ini bukan pekerjaan yang layak diupah?

Saya keheranan sedangkan wajah Bunga Sakura biasa saja.

"Uang belanja tak jadi berkurang," candanya.

Si Jomblo minta permisi pulang ke rumah.

Alhamdulillah, hajat membantu jomblo selesai sudah. Rencana akad nikah 2 bulan kemudian di Bulan November. Perjalanan yang menegangkan sudah terlewati. Semua yang berawal akan ada akhirnya kecuali keberadaan Allah SWT.

Saya teringat dengan hadits "Apalah artinya dunia ini bagiku? Apa urusanku dengan dunia? Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya."

Rabu, 03 Februari 2021

Mimpi Yang Nyata 4

Setelah bergelut dengan tantangan perjalanan ekstrim yang kini tinggal kenangan. Kondisi jalan normal kembali dengan view kesyahduan alam pedesaan.

Kiri-kanan jalan dikepung lahan persawahan yang mulai menguning. Level stres terasa turun mendadak diangka 4. Beberapa lapak jualan buah ikut menggoda selera para pengendara.

"Nanti saat pulang, kita belikan oleh-oleh," kata Bunga Sakura sambil menoleh ke belakang, tempat Pemetik Harpa terduduk. Disampingnya, Si Jomblo masih terdiam tak membuka suara.

Tak tahu apa saja yang ada dalam pikirannya. Hal yang pasti, peristiwa nanti merupakan pengalaman pertama, melamar anak gadis orang. Di balik sikap yang dingin, diam-diam saya mengagumi keberaniannya.

Dari sisi status sarjana, dia hanyalah tamatan S1 sedangkan wanita pujaannya itu mahasiswi S3. Opini umum berkata bahwa makin tinggi pendidikan seorang wanita maka para kumbang pecundang akan enggan mendekati bunga di musim semi.

"Apa jawaban anda nanti bila bapak si wanita berkata besar, 'apa alasan utama kamu melamar anak saya? Kamu itu masih sarjana kaleng-kaleng sedangkan anakku ini calon doktor?"

"Hmmm ...," suara itu hanya terdengar di belakang. Sepertinya Si Jomblo terkaget dengan pertanyaan ini dan belum punya penjelasan.

"Itu tak akan terjadi, jika ada maka jawabannya begini 'dia ingin menikahi anak bapak agar nanti punya keturunan istimewa dari keluarga bapak," Pemetik Harpa menyambut pertanyaan dramatisir ini.

"Sudah tepat, anda kami bawa menemani dia. Jawabannya sangat baik. Saya suka," pujian kepada Pemetik Harpa yang menguasai pendekatan emosional.

Setelah 2 jam perjalanan, tibalah kami di rumah tujuan dengan sambutan hangat keluarga wanita. Mereka meminta kami bertiga menuju ruangan tamu sementara Si Jomblo tak diikutkan dan dipisah ke rumah belakang.

Keluarga inti pihak wanita beserta beberapa aparat desa sudah menunggu.

Pemetik Harpa lalu memainkan melodinya.

"Kami datang dari tempat jauh di Kota Makassar. Saya ditunjuk sebagai wakil dari keluarga pria yang datang dari Sulawesi Tenggara ... bla ... bla ... bla. Saya ditemani ..., silahkan memperkenalkan diri!" Pemetik Harpa melirik ke saya.

"Waduh, dia mengabaikan permintaanku untuk tidak berbicara," gerutu hati cemas.

Terpaksalah saya memperkenalkan diri sebagai driver tanpa menyebutkan pekerjaan sesungguhnya. Sangat singkat lalu cepat-cepat memberikan kesempatan kepada Bunga Sakura yang duduk bersimpuh disebelah kanan.

Ada persoalan yang cukup alot antara permintaan pihak desa dengan pihak keluarga. Pihak desa mendesak untuk menyebut berapa puluh juta uang pelamaran. Pihak keluarga bertahan untuk tidak usah membicarakannya dengan dalih "sudah disepakati secara internal". Alasan ini akhirnya diterima.

Pemetik Harpa memuji sikap keluarga wanita karena mempermudah urusan pelamaran.

"Tanda bahwa keluarga ini paham pada Syariah Islam," komentar Pemetik Harpa.

Di akhir pelamaran, Si Jomblo ikut bergabung lalu Pemetik Harpa membaca doa termasuk harapan kebaikan kepada aparat desa yang hadir.

Acara berlanjut pada perjamuan makan.

"Kuenya enak," pujianku kepada tuan rumah.

Mereka tersenyum dan memperkenalkan nama lokal jajanan tradisional lalu datanglah Jeng Muda.

"Ternyata rumahmu sangat jauh," teringat kembali mimpi saat di Jepang, dia membawa saya dan Bunga Sakura ke pedesaan terpencil lalu masuk ke dalam sebuah rumah.

Terjadi setelah scan mimpi berada di sebuah pantai dengan latar pegunungan tinggi yang terbukti kemudian di dunia nyata, itu adalah Pantai Aoshima yang mempesona.

Setelah sholat dhuhur berjamaah di masjid, kami duduk bercerita dengan keluarga dan tetangganya di pelataran rumah. Tema tentang beberapa peristiwa kekinian.

Pemetik Harpa duduk manis di kursi, bertanya apa pendapatku terkait isi pembicaraan. Saya menjelaskan panjang lebar. Sadar akan apa yang terjadi, saya bertanya kepadanya, "kenapa saya diikutkan berbicara tadi?"

"Jika tidak dipancing, anda tak akan bersuara," jawab Pemetik Harpa dengan senyum lebar. Rupanya dia cepat membaca karakter seseorang.