Jumat, 13 Desember 2019

Haru 1

Usia 60-an tapi tubuh masih terlihat kuat. "Saya petani" "SKBS ini untuk apa?" "Mendaftar haji" "Lama daftar tunggu?" "10 tahun, menurut anak saya, daftar saja nanti dia yang akan membiayai menjadi haji plus" "Biaya?" "275 juta"

"Apa pekerjaan anak bapak?" "Dosen di Universitas H. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan" "Ada bisnis lain?" "Banyak mengajar di tempat lain. Bisnis buku dengan pendapatan bisa mencapai 100 juta per tahun" 

"Anak bapak yang lain?" "Alhamdulillah sarjana semua, tersisa anak ke 4 dan 5 yang masih kuliah" "Luar biasa, bapak berhasil mendidik anak-anak" 

"Ia. Hasil berkebun jambu mete" Sesaat suasana hening. Dia tampak mengingat dan memikirkan sesuatu. Perjuangan hidup, rela meninggalkan perkampungan dan tinggal di kebun terpencil selama bertahun-tahun demi membiayai sekolah anak-anak. 

Suaranya segera berubah menjadi serak, tak kuasa meneruskan pertanyaan, Surat Keterangan Berbadan Sehat di-stempel dan ditandatangani. "Ini suratnya, Pak" "Terima kasih, Dok" 

Tiba-tiba dia mengambil tangan Si Jablay lalu menciumnya. "Oh tidak, mengapa melakukannya?" Tangan itu tak pernah dicium oleh orang berusia tua. 

Tanpa menjawab, bapak itu segera berlalu meninggalkan ruangan poli. Selintas, kedua matanya tampak berkaca-kaca sementara Si Jablay menahan rasa haru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar