Kamis, 26 November 2020

Tajir 1

Di suatu malam, melalui aplikasi zoom, saya bertanya kepada seorang Pemetik Harpa tentang gaya hidup dalam masyarakat yang menerapkan sistem ekonomi Islam.

"Banyak warganya terbiasa menyumbang dan membantu orang lain tanpa pamrih ingin mendapatkan imbalan materi darinya," jawab Pemetik Harpa.

Malam berikutnya, saya kedatangan seorang karyawan senior PT. BK. Berusia 50-an dan telah bekerja selama 32 tahun di salah satu anak perusahaan K Group.

"Bisnis utama PT. BK adalah bidang konstruksi, investasi, plant dan alat berat," jelasnya.

"Bagaimana dengan K Group?"

"K Group dirintis oleh Haji K & Hajjah AK, dikembangkan oleh Haji JK, FK dan sekarang SJK. Haji K memulainya dari usaha perdagangan tekstil lalu usaha transportasi Bis CB. JK meluaskannya menjadi usaha perdagangan impor mobil berbagai merk dimulai dari merk T kemudian usaha jasa konstruksi melalui PT BK. Sekarang ada sekitar 16 atau 17 jenis usaha K Group."

"Luar biasa. Apa saja proyek bisnis K Group lainnya?"

"Mall RI, Mall N, Perumahan BB dan sekolah A di Kota M. Mall TS di berbagai kota. Pembangkit listrik tenaga air di P dan TT. Usaha bata ringan. PT BK dipercayakan mendirikan stasiun kereta api MMP. Ada 3 unit bisnis yang tak mau dikembangkan sesuai pesan terakhir Pak JK, bisnis perbankan, perhotelan dan usaha yang pakai takaran seperti beras dan pom bensin."

"Kenapa?"

"Perbankan identik dengan riba. Bisnis perhotelan sulit berkembang jika tak ada didalamnya bisnis miras dan jasa wanita tuna susila. Bisnis beras dan bensin berisiko ada pengurangan takaran."

"Apa yang membedakan antara K Group dengan perusahaan lain? "

"Suasana kerjanya sangat baik, misalnya memperhatikan waktu sholat. Pimpinan perusahaan tidak mudah main pecat karyawan. Perusahaan ikut tender tanpa penunjukan maupun pakai sogokan."

"Bagaimana kesejahteraan karyawan?"

"Sangat diperhatikan. Sekarang gaji lebih tinggi tinggi daripada UMR. Pensiun sampai 60 tahun dan masih bisa dikaryakan. Uang pensiun diberikan satu kali sekitar 200-300 juta untuk karyawan biasa dan hampir 1 milyar buat kalangan atas. Lumayan buat modal usaha. Prinsip kami, nasib karyawan dan perusahaan keduanya sama-sama baik."

"Jenjang karir bagaimana?"

"Sekarang karyawan bisa naik level jika kinerjanya bagus meskipun usianya lebih muda tanpa melihat masa kerja."

"Bapak pernah bertemu JK?"

"Sering terutama disaat Pak JK memimpin PT. BK."

"Dimata bapak, apa keistimewaan Pak JK?"

"Orangnya sederhana. Penampilannya biasa saja. Banyak orang tak menyangka, rumahnya di Jalan HB Kota M adalah miliknya. Mobil pribadinya tak pernah diganti meskipun sudah tua."

"Pak JK sangat dermawan dan senang membantu orang lain. Setiap hari lebaran ada bagi-bagi amplop di rumahnya, 100-200 ribu, total sumbangan bermilyaran. Rumahnya terbuka untuk makan gratis. Dia tak melarang pedagang kecil membuka lapak dagangan di sekitar kantor. Ada waktu khusus untuk menerima dan menyelesaikan keluhan karyawan yaitu setelah sholat subuh."

Bapak itu lalu menceritakan suatu kejadian yang menimpa teman dekatnya.

"Dahulu sebelum BPJS, ada karyawan yang merasa kesulitan karena anaknya sakit. Dia mendatangi kediaman Pak JK. Disana dia diterima lalu menceritakan masalahnya. Pak JK langsung menelepon pimpinan perusahaan untuk tidak mempersulit biaya pengobatan anak karyawan itu. Setelah menyelesaikan hajatnya, dia disewakan taxi dan diberikan uang saku 3 juta."

"Asli horang kaya," puji saya kepada bapak itu.

Di era kapitalisme, orang seperti Pak JK langka ditemukan. Bisnis raksasa amat rentan terkontaminasi transaksi-transaksi ribawi, tipu-menipu dan kecurangan lainnya. Gaya hidup materialisme membuat banyak orang terlihat tajir. Namun, seringkali ekspektasi amatlah berbeda dengan kenyataannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar