Jumat, 30 April 2021

Padi 1

Polos, amanah & jujur merupakan 3 karakter diri yang dominan selama masa perkenalan.

Kepolosan terdeteksi ketika seorang pejabat legislatif meminta untuk mengurus anak sulungnya menjadi PNS. Anggota dewan itu juga berkerabat dekat dengan bupati terpilih.

Sebenarnya Pak Daeng punya "kartu truf" karena dialah salah satu tim sukses andalan.  Namun tawaran girang itu ditolak karena belum memenuhi syarat lama pengabdian, minimal 5 tahun.

"Lama kerja masih 4 tahun"

"Kenapa tak dicoba saja? Peluang lulus sangatlah besar."

"Mungkin tapi takut jika nanti ada orang lain yang mempersoalkan. Nama pejabat pilihan saya bisa ikut tercemar."

Terkenal bekerja tanpa pamrih. Pastilah amat disukai pihak yang butuh dukungan suara terutama menjelang pemilihan demokratis. Beban dana konstituen akan berkurang drastis sehingga kontestan pemenang bisa lebih fokus mengurus "bisnis besar" & pengeluaran "tak terduga" lain.

Wajahnya yang tirus memandang ke depan rumah.

"Jalan itu hasil dari dukungan saya beserta keluarga besar di kampung ini. Awalnya dijanjikan uang tapi demi menghilangkan kecurigaan pembagian dana yang tidak adil, saya memilih untuk perbaikan jalan saja"

Pekerjaan utama, petani padi. Karena sifat amanah & kejujuran, seorang pengusaha sukses memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengoperasikan traktor pertanian.

Traktor sawah buatan Tiongkok yang selalu terparkir di depan rumah itu disewakan kepada petani padi lain.

Pada suatu hari berdiskusi di rumahnya yang sederhana di Daerah T. Kami larut membicarakan masalah pertanian padi.

Ada 3 periode musim tanam padi dalam setahun. Musim tanam utama, gadu & kemarau. Masing-masing butuh waktu 3 bulan mulai tanam hingga panen. Berarti butuh waktu 9 bulan setiap tahun. Jeda 3 x selama total 75 hari sebelum masa tanam untuk persemaian benih padi.

Sumber pengairan berasal dari air waduk, sumur bor dan air hujan. Berbeda dengan keduanya, sumur bor tidak gratis. Ada biaya tambahan bahan bakar untuk menjalankan mesin pompa.

"Kami lebih memilih gas daripada bensin atau solar karena harga paling murah"

Mesin pompa kebanyakan beli sendiri. Sebagian berasal dari bantuan anggota dewan dengan harga miring setengah dari harga jual di pasaran.

Bibit padi sebagian berasal dari bantuan negara melalui Kementerian Pertanian yang disalurkan ke dinas pertanian & kelompok tani di daerah.

Saya kepo bertanya bagaimana kenyataan subsidi itu di lapangan.

"Tergantung kejujuran ketua kelompok tani mau memberikan semua atau hanya sebagian jatah kepada anggota," keluhnya.

"Berapa persen yang masih jujur?"

"Sekitar 10%. Saya lebih suka membeli sendiri bibit di pasaran daripada menunggu lama dengan jumlah & harga yang tak seberapa."

"Kenapa tak dilaporkan kepada penyuluh pertanian?"

"Salah sendiri, kenapa memilihnya?" dalih mereka.

"Bagaimana mungkin para anggota memenangkan ketua kelompok yang tak jujur?"

"Kami tak tahu sifat asli calon ketua. Biasanya, merekalah yang paling sering bicara & melakukan protes tapi setelah terpilih, kelakuannya sama saja."

Selain bibit, ada juga pupuk & alat-alat pertanian yang disubsidi. Namun tidak semua daerah & kelompok tani diberikan gratis. Sebagaimana dikatakan seorang pejabat pertanian di Daerah M.

Ada dugaan, sebagian ketua kelompok tani melakukan mark up, oknum pejabat mengambil sebagian hak petani baik berupa uang maupun barang untuk menutupi biaya kantor & kebutuhan hidup.

Seorang mantan bendahara pernah berkata bahwa kepala kantor seringkali pinjam uang demi biaya kuliah anak-anaknya.

Seorang pasien, anggota dewan Kabupaten LT, berucap di klinik, "Bagaimana bisa kami full memikirkan rakyat? Untuk pencalonan, kami harus keluarkan uang bermilyaran. Setelah terpilih, kami mesti memberikan limpahan dana kepada pemilih & keluarganya agar tak dianggap lupa diri. Belum lagi, banyaknya sumbangan termasuk untuk oknum mahasiswa, LSM & wartawan"

Di musim demokrasi, ekspektasi tak seindah realita, berisiko selalu benar. Seringkali pejabat hingga rakyat "terpaksa" tak jujur pada situasi tertentu. Malahan sikap terlalu jujur bisa berbahaya. Kesalahan sistemkah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar