Polos, amanah & jujur merupakan 3 karakter diri yang dominan selama masa perkenalan.
Kepolosan terdeteksi ketika seorang pejabat legislatif meminta untuk mengurus anak sulungnya menjadi PNS. Anggota dewan itu juga berkerabat dekat dengan bupati terpilih.
Sebenarnya Pak Daeng punya "kartu truf" karena dialah salah satu tim sukses andalan. Namun tawaran girang itu ditolak karena belum memenuhi syarat lama pengabdian, minimal 5 tahun.
"Lama kerja masih 4 tahun"
"Kenapa tak dicoba saja? Peluang lulus sangatlah besar."
"Mungkin tapi takut jika nanti ada orang lain yang mempersoalkan. Nama pejabat pilihan saya bisa ikut tercemar."
Terkenal bekerja tanpa pamrih. Pastilah amat disukai pihak yang butuh dukungan suara terutama menjelang pemilihan demokratis. Beban dana konstituen akan berkurang drastis sehingga kontestan pemenang bisa lebih fokus mengurus "bisnis besar" & pengeluaran "tak terduga" lain.
Wajahnya yang tirus memandang ke depan rumah.
"Jalan itu hasil dari dukungan saya beserta keluarga besar di kampung ini. Awalnya dijanjikan uang tapi demi menghilangkan kecurigaan pembagian dana yang tidak adil, saya memilih untuk perbaikan jalan saja"
Pekerjaan utama, petani padi. Karena sifat amanah & kejujuran, seorang pengusaha sukses memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengoperasikan traktor pertanian.
Traktor sawah buatan Tiongkok yang selalu terparkir di depan rumah itu disewakan kepada petani padi lain.
Pada suatu hari berdiskusi di rumahnya yang sederhana di Daerah T. Kami larut membicarakan masalah pertanian padi.
Ada 3 periode musim tanam padi dalam setahun. Musim tanam utama, gadu & kemarau. Masing-masing butuh waktu 3 bulan mulai tanam hingga panen. Berarti butuh waktu 9 bulan setiap tahun. Jeda 3 x selama total 75 hari sebelum masa tanam untuk persemaian benih padi.
Sumber pengairan berasal dari air waduk, sumur bor dan air hujan. Berbeda dengan keduanya, sumur bor tidak gratis. Ada biaya tambahan bahan bakar untuk menjalankan mesin pompa.
"Kami lebih memilih gas daripada bensin atau solar karena harga paling murah"
Mesin pompa kebanyakan beli sendiri. Sebagian berasal dari bantuan anggota dewan dengan harga miring setengah dari harga jual di pasaran.
Bibit padi sebagian berasal dari bantuan negara melalui Kementerian Pertanian yang disalurkan ke dinas pertanian & kelompok tani di daerah.
Saya kepo bertanya bagaimana kenyataan subsidi itu di lapangan.
"Tergantung kejujuran ketua kelompok tani mau memberikan semua atau hanya sebagian jatah kepada anggota," keluhnya.
"Berapa persen yang masih jujur?"
"Sekitar 10%. Saya lebih suka membeli sendiri bibit di pasaran daripada menunggu lama dengan jumlah & harga yang tak seberapa."
"Kenapa tak dilaporkan kepada penyuluh pertanian?"
"Salah sendiri, kenapa memilihnya?" dalih mereka.
"Bagaimana mungkin para anggota memenangkan ketua kelompok yang tak jujur?"
"Kami tak tahu sifat asli calon ketua. Biasanya, merekalah yang paling sering bicara & melakukan protes tapi setelah terpilih, kelakuannya sama saja."
Selain bibit, ada juga pupuk & alat-alat pertanian yang disubsidi. Namun tidak semua daerah & kelompok tani diberikan gratis. Sebagaimana dikatakan seorang pejabat pertanian di Daerah M.
Ada dugaan, sebagian ketua kelompok tani melakukan mark up, oknum pejabat mengambil sebagian hak petani baik berupa uang maupun barang untuk menutupi biaya kantor & kebutuhan hidup.
Seorang mantan bendahara pernah berkata bahwa kepala kantor seringkali pinjam uang demi biaya kuliah anak-anaknya.
Seorang pasien, anggota dewan Kabupaten LT, berucap di klinik, "Bagaimana bisa kami full memikirkan rakyat? Untuk pencalonan, kami harus keluarkan uang bermilyaran. Setelah terpilih, kami mesti memberikan limpahan dana kepada pemilih & keluarganya agar tak dianggap lupa diri. Belum lagi, banyaknya sumbangan termasuk untuk oknum mahasiswa, LSM & wartawan"
Di musim demokrasi, ekspektasi tak seindah realita, berisiko selalu benar. Seringkali pejabat hingga rakyat "terpaksa" tak jujur pada situasi tertentu. Malahan sikap terlalu jujur bisa berbahaya. Kesalahan sistemkah?
Jumat, 30 April 2021
Minggu, 11 April 2021
Juragan 1
Dia pandai mengembangkan harta. Sejak pertama kali datang ke Pulau W sekitar 4 tahun lalu, saya seringkali melihatnya duduk lama membuat batako dan berdiri ceria menyemprot kendaraan.
Sesudah mengurusi 2 bisnis kecilnya itu, dia berpakaian sedikit rapi tanpa berdasi kupu-kupu, naik motor butut, tancap gas pergi menuju rumah sakit. Pekerjaan utamanya perawat.
Tangannya cekatan melakukan pekerjaan apa saja. Pandai bergaul & mudah diajak komunikasi. Kuat memegang prinsip & memiliki perencanaan matang terutama dalam bidang bisnis.
Pemikiran lebih terbuka. Pembelajaran dominan kinestetik. Kepribadian ekstrovert. Pandai mengamati bisnis top orang lain yang terbukti telah berhasil, meniru lalu memodifikasinya.
Kemudian dia mencoba bisnis properti dengan membangun kamar kos-kosan. Setelah berdiri beberapa unit, saya mulai berani berinvestasi dengannya bermodalkan uang & kepercayaan.
"Saya senang tumbuh & berkembang bersama-sama dengan rekanan bisnis," ucapnya meyakinkan pada suatu hari.
Dia menyukai tawaran bisnis kerjasama model syariah. Akad Syirkah 'Inan & syarat-syaratnya sesuai dengan syariah Islam.
"Lebih adil," katanya.
Prosentase keuntungan sesuai kesepakatan dengan risiko kerugian ditanggung bersama.
Setelah berdiri semuanya, dia juga membangun 2 unit rumah sewa.
Tahun lalu dia berencana mencoba bisnis toko bangunan sehingga beberapa bulan dia mengorbankan dirinya nyambi kerja di toko bangunan tetangganya. Beli barang ke Kota K lalu membawanya ke toko bos di Pulau W.
Mestilah ada pengalaman kerja untuk memulai bisnis baru. Bukan modal asal nekat. Setelah dirasa cukup, dia berhasil mendirikan toko bangunan di awal tahun ini.
Seakan tak kehabisan akal, dia membeli mobil bekas buat bisnis sewa mobil lalu berkembang lagi menjadi jasa ekspedisi. Kini 2 unit truk terparkir di depan halaman rumah.
Perubahan nasib terasa amat cepat.
"Saya selalu menyelesaikan rencana lalu berpindah kepada rencana lainnya," ungkapnya.
Tangannya sangat ringan untuk berbagi rezeki. Salah satu ciri horang kaya.
"Agar cepat berhasil kita harus hidup royal. Kuat bagi-bagi dan lemah kali-kali bukan sebaliknya pintar kali-kali dan lemah bagi-bagi," rahasianya.
Dia rajin membicarakan bisnisnya setiap kali bertemu orang. Tanpa sadar, sebenarnya dia melakukan promosi paling efisien, mouth to mouth.
Dua mobil ekspedisinya selalu penuh muatan dan bolak-balik Kota K dan Pulau W hampir setiap hari. Sepertinya bisnis terakhir ini paling girang karena sangat cepat mendatangkan keuntungan besar.
"Saya orang pertama Pulau W yang merintis usaha ekspedisi," klaimnya.
Dalam kapal ferry, saya berkata kepadanya, "waspadalah biasanya orang meniru & akan bermunculan kompetitor-kompetitor baru."
"Ia karena itu saya selalu menjaga kualitas pelayanan. Sebenarnya sudah ada orang lain yang mencoba tapi sepertinya gagal."
"Kenapa?"
"Dia mengabaikan keinginan pelanggan"
Terkait kompetisi bisnis, baru-baru ini saya mengatakan kepadanya bahwa menurut suatu penelitian marketing, 2 produk sama dari 2 perusahaan berbeda yang dipajang bersama-sama, itu malah akan mendatangkan calon pembeli 2 kali lipat daripada hanya menjajakan 1 produk sendiri-sendiri.
Secara psikologis, kasus pertama, calon pembeli akan berkata, "saya beli produk A atau B ya?" Sehingga hampir pasti ada salah satu produk yang terbeli.
Sedangkan kasus kedua, calon pembeli akan berkata, "saya beli produk itu atau tidak ya?" Sehingga kemungkinan tidak terbeli sangat besar.
Dia berasal dari selatan, sudah lama terbiasa hidup mandiri. Pernah merantau ke negeri M. bisnis jual beli barang kebutuhan sehari-hari di perbatasan M & I.
"Apa yang saya lakukan saat ini belumlah seberapa dengan kerasnya pengalaman disana," ucapnya.
"Ada rahasia perantau, jaga kepercayaan. Karena kalau sering menipu maka orang lain tak akan lagi mempercayai kita."
Pak Ali Murah berkomentar, "jarang ada orang yang mau berusaha seperti dia karena pekerjaan seperti itu memiliki risiko tinggi."
Besar di jalanan & bertemu dengan banyak orang dg situasi yang tak terduga. Tapi sepertinya Si Juragan sangat menikmatinya.
Sesudah mengurusi 2 bisnis kecilnya itu, dia berpakaian sedikit rapi tanpa berdasi kupu-kupu, naik motor butut, tancap gas pergi menuju rumah sakit. Pekerjaan utamanya perawat.
Tangannya cekatan melakukan pekerjaan apa saja. Pandai bergaul & mudah diajak komunikasi. Kuat memegang prinsip & memiliki perencanaan matang terutama dalam bidang bisnis.
Pemikiran lebih terbuka. Pembelajaran dominan kinestetik. Kepribadian ekstrovert. Pandai mengamati bisnis top orang lain yang terbukti telah berhasil, meniru lalu memodifikasinya.
Kemudian dia mencoba bisnis properti dengan membangun kamar kos-kosan. Setelah berdiri beberapa unit, saya mulai berani berinvestasi dengannya bermodalkan uang & kepercayaan.
"Saya senang tumbuh & berkembang bersama-sama dengan rekanan bisnis," ucapnya meyakinkan pada suatu hari.
Dia menyukai tawaran bisnis kerjasama model syariah. Akad Syirkah 'Inan & syarat-syaratnya sesuai dengan syariah Islam.
"Lebih adil," katanya.
Prosentase keuntungan sesuai kesepakatan dengan risiko kerugian ditanggung bersama.
Setelah berdiri semuanya, dia juga membangun 2 unit rumah sewa.
Tahun lalu dia berencana mencoba bisnis toko bangunan sehingga beberapa bulan dia mengorbankan dirinya nyambi kerja di toko bangunan tetangganya. Beli barang ke Kota K lalu membawanya ke toko bos di Pulau W.
Mestilah ada pengalaman kerja untuk memulai bisnis baru. Bukan modal asal nekat. Setelah dirasa cukup, dia berhasil mendirikan toko bangunan di awal tahun ini.
Seakan tak kehabisan akal, dia membeli mobil bekas buat bisnis sewa mobil lalu berkembang lagi menjadi jasa ekspedisi. Kini 2 unit truk terparkir di depan halaman rumah.
Perubahan nasib terasa amat cepat.
"Saya selalu menyelesaikan rencana lalu berpindah kepada rencana lainnya," ungkapnya.
Tangannya sangat ringan untuk berbagi rezeki. Salah satu ciri horang kaya.
"Agar cepat berhasil kita harus hidup royal. Kuat bagi-bagi dan lemah kali-kali bukan sebaliknya pintar kali-kali dan lemah bagi-bagi," rahasianya.
Dia rajin membicarakan bisnisnya setiap kali bertemu orang. Tanpa sadar, sebenarnya dia melakukan promosi paling efisien, mouth to mouth.
Dua mobil ekspedisinya selalu penuh muatan dan bolak-balik Kota K dan Pulau W hampir setiap hari. Sepertinya bisnis terakhir ini paling girang karena sangat cepat mendatangkan keuntungan besar.
"Saya orang pertama Pulau W yang merintis usaha ekspedisi," klaimnya.
Dalam kapal ferry, saya berkata kepadanya, "waspadalah biasanya orang meniru & akan bermunculan kompetitor-kompetitor baru."
"Ia karena itu saya selalu menjaga kualitas pelayanan. Sebenarnya sudah ada orang lain yang mencoba tapi sepertinya gagal."
"Kenapa?"
"Dia mengabaikan keinginan pelanggan"
Terkait kompetisi bisnis, baru-baru ini saya mengatakan kepadanya bahwa menurut suatu penelitian marketing, 2 produk sama dari 2 perusahaan berbeda yang dipajang bersama-sama, itu malah akan mendatangkan calon pembeli 2 kali lipat daripada hanya menjajakan 1 produk sendiri-sendiri.
Secara psikologis, kasus pertama, calon pembeli akan berkata, "saya beli produk A atau B ya?" Sehingga hampir pasti ada salah satu produk yang terbeli.
Sedangkan kasus kedua, calon pembeli akan berkata, "saya beli produk itu atau tidak ya?" Sehingga kemungkinan tidak terbeli sangat besar.
Dia berasal dari selatan, sudah lama terbiasa hidup mandiri. Pernah merantau ke negeri M. bisnis jual beli barang kebutuhan sehari-hari di perbatasan M & I.
"Apa yang saya lakukan saat ini belumlah seberapa dengan kerasnya pengalaman disana," ucapnya.
"Ada rahasia perantau, jaga kepercayaan. Karena kalau sering menipu maka orang lain tak akan lagi mempercayai kita."
Pak Ali Murah berkomentar, "jarang ada orang yang mau berusaha seperti dia karena pekerjaan seperti itu memiliki risiko tinggi."
Besar di jalanan & bertemu dengan banyak orang dg situasi yang tak terduga. Tapi sepertinya Si Juragan sangat menikmatinya.
Rabu, 07 April 2021
Dingdong 8
Selepas jaga IGD, tak biasa makan agak larut malam. Semoga warung Pak Dingdong masih buka. Alhamdulillah, open.
Ketika suapan nasi ayam goreng terasa tertelan di kerongkongan, tanpa janjian, datanglah 2 wartawan yang sudah saya kenali. Mereka duduk di depan satu meja.
"Lama tak bertemu," dia tersenyum.
Sebelum corona merebak, selalu kami bersalaman namun kali ini tidak lagi. Hanya saling melempar senyuman dari balik masker.
Korannya berganti nama dan target pasarnya makin melebar. Bukan lagi skala kabupaten tapi kini meluas ke tingkat provinsi. Selain media cetak, kantornya berimprovisasi membuat media online.
Lulusan S2. Punya jaringan sangat luas sampai kepada pejabat sipil dan militer. Memiliki bakat kepemimpinan sehingga dipercaya menjadi ketua sebuah organisasi profesi kesehatan.
Kepribadian ambivert, pembelajaran dominan visual, rajin membaca dan menulis. Karya terakhirnya yang pernah beredar di WAG tentang kemajuan rumah sakit, amatlah terbaik.
Susunan kata berbobot tinggi, intelek dan berimbang. Dia bukan wartawan kaleng-kaleng. Memiliki sertifikat kompetensi tingkat madya dari dewan pers.
"Bagaimana cara membedakan wartawan asli dan abal-abal?"
"Mereka punya kartu dewan pers dan surat tugas. Kita berhak minta diperlihatkan, minimal kartu dewan pers. Jika tak memilikinya maka kita bisa menolak wawancara"
"Bisakah media online menggantikan media cetak? Apakah oplah media cetak mengalami penurunan?"
"Tergantung isi berita. Contoh koran cetak NYT sekarang malah mengalami peningkatan di AS"
"Kepuasan pembaca faktor utama," tambah wartawan II.
"Maksudnya bagaimana?"
"Pembaca lebih tertarik kepada berita yang banyak mengungkap fakta dari balik berita. Mereka penasaran menunggu info terbaru"
Dia mencontohkan Koran T yang masih laku keras karena tetap menjaga independensi dan daya kritis. Dia juga lebih menyukai informasi TV O. daripada M. TV.
"Berita M. TV datar dan membosankan beda dengan zaman sebelumnya"
"Tidakkah bertolak belakang? Media bersikap kritis kepada kebijakan publik tapi hidup dari suntikan dana negara?"
"Khusus media konvensional, ada 2 kepentingan yang menjadi perhatian. Pertama idealisme. Kedua bisnis. Contoh Majalah T meskipun terkesan amat kritis tapi itu hanya sebatas sampul. Isi beritanya kalau diteliti, tak jauh dari bagaimana menjaga kepentingan pemodal. Saya tahu itu karena masih berlangganan sampai sekarang," terang wartawan I.
Kami bertiga diskusi lepas sambil makan. Entah mengapa tiba-tiba wartawan I berkata, "masalahnya sekarang sistem telah rusak." Lalu disanggah wartawan II, "bukan masalah sistem tapi faktor orang"
Keduanya mempertahankan pendapat masing-masing. Lalu wartawan I meminta pendapatku.
"Ada 2 faktor yang berpengaruh terhadap kejadian masa kini. Orang dan sistem. Pengaruh sistem lebih dominan daripada person. Saya beri bobot 60% sistem dan 40% person"
Wartawan kedua tampaknya belum paham tentang maksud perkara sistem kemudian bertanya kepadaku.
"Apa contohnya?"
"Sistem identik dengan aturan termasuk proses membuat aturan"
"Bukankah aturan dibuat oleh orang? Jadi yang bermasalah orang bukan sistem. Sistem sekarang sudah bagus hanya penerapan aturan yang bisa saja keliru oleh orang"
"Memang benar aturan dibuat orang tapi ketika aturan itu sudah ada maka aturan itu berlaku untuk semuanya, bukan hanya untuk mereka yang bersepakat melainkan buat semua rakyat, biasanya bersifat mengikat dan memaksa. Itulah maksudnya sistem!"
Dia terdiam dan berpikir.
"Saya pernah membaca bahwa pasal-pasal dan ayat-ayat dari proses pembuatan undang-undang itu ada ongkosnya, benarkah?"
"Iya benar," sambut wartawan I. Dia lalu menceritakan apa yang diketahuinya.
"Namanya pasal-pasal titipan. Itu memang ada. Contoh kasus rencana perubahan larangan ekspor benih lobster, disinyalir ada titipan dari pengusaha eksport-import, berujung penangkapan Menteri EP," tambah wartawan II.
"Mirip penyakit di tubuh. Ada penyakit lokal yang lokasinya terbatas di kulit. Obatnya cukup salep. Ada pula penyakit sistemik yang menyebar melalui pembuluh darah. Obatnya ditambah oral atau injeksi."
Ketika suapan nasi ayam goreng terasa tertelan di kerongkongan, tanpa janjian, datanglah 2 wartawan yang sudah saya kenali. Mereka duduk di depan satu meja.
"Lama tak bertemu," dia tersenyum.
Sebelum corona merebak, selalu kami bersalaman namun kali ini tidak lagi. Hanya saling melempar senyuman dari balik masker.
Korannya berganti nama dan target pasarnya makin melebar. Bukan lagi skala kabupaten tapi kini meluas ke tingkat provinsi. Selain media cetak, kantornya berimprovisasi membuat media online.
Lulusan S2. Punya jaringan sangat luas sampai kepada pejabat sipil dan militer. Memiliki bakat kepemimpinan sehingga dipercaya menjadi ketua sebuah organisasi profesi kesehatan.
Kepribadian ambivert, pembelajaran dominan visual, rajin membaca dan menulis. Karya terakhirnya yang pernah beredar di WAG tentang kemajuan rumah sakit, amatlah terbaik.
Susunan kata berbobot tinggi, intelek dan berimbang. Dia bukan wartawan kaleng-kaleng. Memiliki sertifikat kompetensi tingkat madya dari dewan pers.
"Bagaimana cara membedakan wartawan asli dan abal-abal?"
"Mereka punya kartu dewan pers dan surat tugas. Kita berhak minta diperlihatkan, minimal kartu dewan pers. Jika tak memilikinya maka kita bisa menolak wawancara"
"Bisakah media online menggantikan media cetak? Apakah oplah media cetak mengalami penurunan?"
"Tergantung isi berita. Contoh koran cetak NYT sekarang malah mengalami peningkatan di AS"
"Kepuasan pembaca faktor utama," tambah wartawan II.
"Maksudnya bagaimana?"
"Pembaca lebih tertarik kepada berita yang banyak mengungkap fakta dari balik berita. Mereka penasaran menunggu info terbaru"
Dia mencontohkan Koran T yang masih laku keras karena tetap menjaga independensi dan daya kritis. Dia juga lebih menyukai informasi TV O. daripada M. TV.
"Berita M. TV datar dan membosankan beda dengan zaman sebelumnya"
"Tidakkah bertolak belakang? Media bersikap kritis kepada kebijakan publik tapi hidup dari suntikan dana negara?"
"Khusus media konvensional, ada 2 kepentingan yang menjadi perhatian. Pertama idealisme. Kedua bisnis. Contoh Majalah T meskipun terkesan amat kritis tapi itu hanya sebatas sampul. Isi beritanya kalau diteliti, tak jauh dari bagaimana menjaga kepentingan pemodal. Saya tahu itu karena masih berlangganan sampai sekarang," terang wartawan I.
Kami bertiga diskusi lepas sambil makan. Entah mengapa tiba-tiba wartawan I berkata, "masalahnya sekarang sistem telah rusak." Lalu disanggah wartawan II, "bukan masalah sistem tapi faktor orang"
Keduanya mempertahankan pendapat masing-masing. Lalu wartawan I meminta pendapatku.
"Ada 2 faktor yang berpengaruh terhadap kejadian masa kini. Orang dan sistem. Pengaruh sistem lebih dominan daripada person. Saya beri bobot 60% sistem dan 40% person"
Wartawan kedua tampaknya belum paham tentang maksud perkara sistem kemudian bertanya kepadaku.
"Apa contohnya?"
"Sistem identik dengan aturan termasuk proses membuat aturan"
"Bukankah aturan dibuat oleh orang? Jadi yang bermasalah orang bukan sistem. Sistem sekarang sudah bagus hanya penerapan aturan yang bisa saja keliru oleh orang"
"Memang benar aturan dibuat orang tapi ketika aturan itu sudah ada maka aturan itu berlaku untuk semuanya, bukan hanya untuk mereka yang bersepakat melainkan buat semua rakyat, biasanya bersifat mengikat dan memaksa. Itulah maksudnya sistem!"
Dia terdiam dan berpikir.
"Saya pernah membaca bahwa pasal-pasal dan ayat-ayat dari proses pembuatan undang-undang itu ada ongkosnya, benarkah?"
"Iya benar," sambut wartawan I. Dia lalu menceritakan apa yang diketahuinya.
"Namanya pasal-pasal titipan. Itu memang ada. Contoh kasus rencana perubahan larangan ekspor benih lobster, disinyalir ada titipan dari pengusaha eksport-import, berujung penangkapan Menteri EP," tambah wartawan II.
"Mirip penyakit di tubuh. Ada penyakit lokal yang lokasinya terbatas di kulit. Obatnya cukup salep. Ada pula penyakit sistemik yang menyebar melalui pembuluh darah. Obatnya ditambah oral atau injeksi."
Selasa, 06 April 2021
Mr. Beetle 2
Pagi itu saya dan Bunga Sakura menjemputnya di rumah yang terletak di kompleks perumahan terbesar di Kota M. Cukup lama kami menunggu. Maklumlah, dia punya beragam kesibukan.
Bunga Sakura tampak gelisah. Takut datang terlambat di acara pelamaran. Pemetik Harpa setelah mandi malahan asyik nelpon. Amat santai seperti tak ada beban.
Hati merasa lega. Bukan saya yang mewakili Mr. Beetle untuk pelamaran sebagaimana desakan Bunga Sakura 2 minggu lalu. Ketika itu saya bertugas jaga IGD di sebuah rumah sakit Pulau W.
Tiba-tiba saja masuk telpon darinya. Berbekal jam terbang hanya 2 jam untuk kasus pelamaran Jeng Muda, itu belumlah cukup memacu lonjakan kepercayaan diri. Namun kesempatan menolak tak ada karena telpon segera diputus.
"Gila !"
Apa saja yang akan saya ucapkan di depan tuan rumah? Pastilah banyak pasang mata menatap tajam sehingga kedua lutut akan gemetaran. Kenapa bukan Pemetik Harpa, andalan terpercaya para jomblo? Saya mendiamkannya dalam sikap penuh pengharapan.
Benar saja, 1 minggu kemudian ada kabar baik darinya. Pemetik Harpa bersedia dengan syarat acara pelamaran dimajukan sehari agar tak bertabrakan dengan kegiatannya yang lain.
"Alhamdulillah !" sambil elus dada.
Hampir sejam kemudian, Pemetik Harpa masuk mobil dengan posisi berada disebelah kiri samping driver. Bunga Sakura duduk di kursi belakang sendirian.
"Waktu ditelepon, saya berada 3 hari di Tanjung Bira, wisata bersama keluarga. Suara telpon sulit terdengar karena jaringan buruk," terangnya.
Itulah alasannya kenapa Pemetik Harpa lama memberikan jawaban lalu "beban" itu buru-buru diberikan kepada saya.
Tak jauh mobil matic berjalan, ada razia masker di depan kantor polisi.
"Saya lupa bawa masker," ujar Pemetik Harpa.
"Ini bisa dipakai" beruntung Bunga Sakura membawa 2 masker.
"Hukuman pengendara yang tak bermasker akan disuruh push up," jelasnya.
"Pernah sekali saya kedapatan tapi hanya disuruh kembali ke rumah karena pak polisi sudah kenal baik dengan saya," lanjutnya.
Beda dengan perjalanan sebelumnya yang menuju arah utara kota, kali ini kita ke selatan, Daerah Takalar. Melewati perbatasan kota di pesisir Pantai Losari dan Tanjung Bunga.
Bangunan terkenal disana Trans Studio dan Mall GTC. Jalannya masih seperti dulu. Cukup banyak aspal berlubang. Saya dengar banyak kecelakaan lalu lintas terjadi disini bukan karena penampakan uka-uka.
Amat berbeda dengan kualitas jalan Kualalumpur-Selangor di Malaysia, Miyazaki di Jepang dan Makkah-Madinah-Jeddah di Arab Saudi yang pernah saya kunjungi.
"Ada benarnya perkataan seorang pengamat tadi malam di TV bahwa kematian massal karena pandemi covid 19, bencana alam dan kecelakaan pesawat merupakan bagian dari seleksi alam"
"Oh ya?"
"Generasi baru akan menggantikan generasi lama. Bayangkan bagaimana jika tak ada peristiwa kematian!"
"Saya menyimak"
"Masing-masing makhluk juga punya pemangsa alami. Misalnya elang memakan ular, ular makan kelinci. Itu namanya ..."
"Rantai makanan"
"Ya"
"Manusia siapa pemangsanya?"
"Bakteri"
Pemetik Harpa berhenti sejenak lalu melanjutkan ceritanya.
"Di Palestina yang terjajah konon berlimpah bayi lahir seakan menyeimbangi banyaknya kematian karena penindasan"
"Di belahan negeri lain seperti Jepang, pertumbuhan penduduk minus. Kaum muda banyak yang malas nikah dan takut punya anak," saya teringat perkataan mahasiswa post doctoral Universitas Miyazaki.
Ada peristiwa murni alami namun kebanyakan bencana akibat efek domino pilihan manusia.
Saya teringat dengan diskusi bersama seorang perawat di poli dan pertanyaan 2 misionaris dari Saksi Yehovah melalui telepon. "Kenapa bencana banyak terjadi?"
Allah SWT berfirman :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" QS. ar Rum 30 : 41.
Setelah lebih sejam, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah bersahaja di area persawahan. Sudah ketiga kalinya saya datang kesini. Demi urusan pencomblangan antara Mr. Beetle dengan Bunga Mawar.
Bunga Sakura tampak gelisah. Takut datang terlambat di acara pelamaran. Pemetik Harpa setelah mandi malahan asyik nelpon. Amat santai seperti tak ada beban.
Hati merasa lega. Bukan saya yang mewakili Mr. Beetle untuk pelamaran sebagaimana desakan Bunga Sakura 2 minggu lalu. Ketika itu saya bertugas jaga IGD di sebuah rumah sakit Pulau W.
Tiba-tiba saja masuk telpon darinya. Berbekal jam terbang hanya 2 jam untuk kasus pelamaran Jeng Muda, itu belumlah cukup memacu lonjakan kepercayaan diri. Namun kesempatan menolak tak ada karena telpon segera diputus.
"Gila !"
Apa saja yang akan saya ucapkan di depan tuan rumah? Pastilah banyak pasang mata menatap tajam sehingga kedua lutut akan gemetaran. Kenapa bukan Pemetik Harpa, andalan terpercaya para jomblo? Saya mendiamkannya dalam sikap penuh pengharapan.
Benar saja, 1 minggu kemudian ada kabar baik darinya. Pemetik Harpa bersedia dengan syarat acara pelamaran dimajukan sehari agar tak bertabrakan dengan kegiatannya yang lain.
"Alhamdulillah !" sambil elus dada.
Hampir sejam kemudian, Pemetik Harpa masuk mobil dengan posisi berada disebelah kiri samping driver. Bunga Sakura duduk di kursi belakang sendirian.
"Waktu ditelepon, saya berada 3 hari di Tanjung Bira, wisata bersama keluarga. Suara telpon sulit terdengar karena jaringan buruk," terangnya.
Itulah alasannya kenapa Pemetik Harpa lama memberikan jawaban lalu "beban" itu buru-buru diberikan kepada saya.
Tak jauh mobil matic berjalan, ada razia masker di depan kantor polisi.
"Saya lupa bawa masker," ujar Pemetik Harpa.
"Ini bisa dipakai" beruntung Bunga Sakura membawa 2 masker.
"Hukuman pengendara yang tak bermasker akan disuruh push up," jelasnya.
"Pernah sekali saya kedapatan tapi hanya disuruh kembali ke rumah karena pak polisi sudah kenal baik dengan saya," lanjutnya.
Beda dengan perjalanan sebelumnya yang menuju arah utara kota, kali ini kita ke selatan, Daerah Takalar. Melewati perbatasan kota di pesisir Pantai Losari dan Tanjung Bunga.
Bangunan terkenal disana Trans Studio dan Mall GTC. Jalannya masih seperti dulu. Cukup banyak aspal berlubang. Saya dengar banyak kecelakaan lalu lintas terjadi disini bukan karena penampakan uka-uka.
Amat berbeda dengan kualitas jalan Kualalumpur-Selangor di Malaysia, Miyazaki di Jepang dan Makkah-Madinah-Jeddah di Arab Saudi yang pernah saya kunjungi.
"Ada benarnya perkataan seorang pengamat tadi malam di TV bahwa kematian massal karena pandemi covid 19, bencana alam dan kecelakaan pesawat merupakan bagian dari seleksi alam"
"Oh ya?"
"Generasi baru akan menggantikan generasi lama. Bayangkan bagaimana jika tak ada peristiwa kematian!"
"Saya menyimak"
"Masing-masing makhluk juga punya pemangsa alami. Misalnya elang memakan ular, ular makan kelinci. Itu namanya ..."
"Rantai makanan"
"Ya"
"Manusia siapa pemangsanya?"
"Bakteri"
Pemetik Harpa berhenti sejenak lalu melanjutkan ceritanya.
"Di Palestina yang terjajah konon berlimpah bayi lahir seakan menyeimbangi banyaknya kematian karena penindasan"
"Di belahan negeri lain seperti Jepang, pertumbuhan penduduk minus. Kaum muda banyak yang malas nikah dan takut punya anak," saya teringat perkataan mahasiswa post doctoral Universitas Miyazaki.
Ada peristiwa murni alami namun kebanyakan bencana akibat efek domino pilihan manusia.
Saya teringat dengan diskusi bersama seorang perawat di poli dan pertanyaan 2 misionaris dari Saksi Yehovah melalui telepon. "Kenapa bencana banyak terjadi?"
Allah SWT berfirman :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" QS. ar Rum 30 : 41.
Setelah lebih sejam, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah bersahaja di area persawahan. Sudah ketiga kalinya saya datang kesini. Demi urusan pencomblangan antara Mr. Beetle dengan Bunga Mawar.
Langganan:
Postingan (Atom)