Selasa, 09 Februari 2021

Mimpi Yang Nyata 5

Kakak Jeng Muda bergelut di bisnis jual beli jahe putih. Komoditi itu didatangkan dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.

"Jahe sangat laku di masa corona," ungkap sang kakak. Kedua matanya melihat tumpukan karung berisi jahe di halaman depan rumah.

"Dijual kemana?"

"Surabaya," jawabnya. Kini pandangannya beralih ke arah Jalan Poros Bantimurung yang berbatasan dengan rumah. Kendaraan belum begitu ramai saat itu.

"Mobil ekspedisi akan mengangkutnya dari sini ke Pelabuhan Makassar," tambahnya.

"Khasiat jahe putih (zingiber officinale var. amarum) sangat banyak diantaranya sebagai bumbu masakan, untuk menghangatkan badan hingga sebagai antioksidan."

Setelah sekian lama berbincang, tiba-tiba muka Bunga Sakura muncul dari pintu rumah lalu berseru, "ayo kita pulang sekarang!"

"Sebentar, biasanya kalian para wanita lebih tahan lama bergosip."

Doi tersenyum lalu masuk lagi ke ruang tamu melanjutkan cerita bersama ibu-ibu. Suara mereka kembali ramai seperti pasar ayam.

"Bagaimana dengan corona? Rencana vaksin?" tanya Pemetik Harpa. Saya menjawabnya sesuai informasi dari berbagai sumber termasuk analisa politik pelayanan kesehatan.

Setelah terasa cukup, muka saya munculkan di pintu rumah lalu memanggil Bunga Sakura, "Ayo kita pulang! Apa yang kalian gosipkan?" Ibu-ibu melihat satu sama lain dengan senyum simpul.

Kami berempat minta permisi kepada Jeng Muda dan keluarganya. Cukup banyak titipan oleh-oleh termasuk kue favorit dan jahe putih.

"Biarkan saya yang setir mobil!" pinta Pemetik Harpa.

"Tak usah."

Kata motivator "pengulangan adalah ibu dari semua keterampilan" termasuk kemampuan menyetir mobil di jalan ekstrim.

"Pengalaman mengendarai mobil akan meningkat. Jika kita selamat nanti, berarti saya salah seorang lulusan dari jalan berbahaya ini. Itu alasan utamanya."

Perjalanan pulang biasanya terasa lebih mudah daripada sebelumnya. Kami mampir sejenak beli semangka merah segar di lapak buah pinggir jalan lalu segera berangkat lagi.

"Memangnya acara pelamaran selalu menghadirkan pihak desa?" tanyaku polos.

"Kebetulan musim corona, mereka ingin memastikan protokol kesehatan dijalankan," jawab Pemetik Harpa.

"Kita disangka bawa 2 mobil sehingga tuan rumah menyediakan banyak makanan," kata Bunga Sakura.

Selain kepala desa, hadir pula kepala dusun dan kepala KUA. Acara pelamaran sekaligus menentukan biaya nikah Rp 600 ribu.

Pandangan saya arahkan ke cermin, "Dia menang banyak. Kami lama tegang di acara pelamaran sementara dia datang belakangan menikmati hasil," godaan buat Si Jomblo. Dia tersenyum.

Disisi kiri, terlihat beberapa ekor monyet bermain-main di pinggir jalan. Mereka berasal dari hutan sini. Pandangan yang mirip dengan suasana Jalan Raya Taliwang dekat dari spot wisata Rastaliank Kawapisak Poto Batu Beach di NTB saat berperan sebagai sukarelawan korban Gempa bumi Lombok 2018.

Sebenarnya Jalan Poros Bantimurung selain sebagai jalan darat utama yang menghubungkan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, juga berguna sebagai kawasan wisata.

Andaikata aspalnya berkualitas nomer satu,  jalan diperlebar dan tiap tikungan tajam dibuatkan jembatan layang, mungkin harapan itu lebih mudah terwujud. Tapi impian ini butuh anggaran sangat besar, kemauan politik tinggi dan iklim politik yang sehat.

Dua jam kemudian, kami tiba di perumahan Pemetik Harpa. Sebagian buah tangan kami berikan kepadanya. Sedangkan uang amplop tanda terima kasih ditolaknya. Mungkinkah ini bukan pekerjaan yang layak diupah?

Saya keheranan sedangkan wajah Bunga Sakura biasa saja.

"Uang belanja tak jadi berkurang," candanya.

Si Jomblo minta permisi pulang ke rumah.

Alhamdulillah, hajat membantu jomblo selesai sudah. Rencana akad nikah 2 bulan kemudian di Bulan November. Perjalanan yang menegangkan sudah terlewati. Semua yang berawal akan ada akhirnya kecuali keberadaan Allah SWT.

Saya teringat dengan hadits "Apalah artinya dunia ini bagiku? Apa urusanku dengan dunia? Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar