Selasa, 03 September 2019

Duda Satu Minggu

Pasca sholat maghrib berjamaah di musholla rumah sakit, saya bertanya, "Bagaimana Anda menikah?"

Berita ini baru saja saya dengar dari beberapa orang perawat bangsal. Dia menyandang status Duda Satu Minggu.

"Dijebak. Dia membuat kabar burung di keluarga & kampung halaman bahwa dia hamil"

"Kenapa mau?"

"Budaya disini. Jika wanita sudah mendatangi pihak keluarga pria & mengaku seperti itu maka harus dinikahi"

"Kenapa diceraikan?"

"Ada bukti USG, dia tidak hamil. Saya juga tak pernah menyentuhnya"

"Kenapa dia menyukaimu?"

"Dia salah tanggap. Saya berbuat baik kepadanya bukan karena suka tapi karena berkerabat dengan pacarku"

Rencana dia akan merit dibulan 12 dengan pacar namun akhirnya batal karena kasus tak terduga ini. Calon pengantin yang bernasib kena tikung tengah.

"Kenapa bertahan hanya 1 minggu?"

"Orangnya pemarah, pembohong, tidak sholat & tidak tutup aurat," ungkapnya tak suka.

Dia kuliah sarjana sambil kerja. Usaha konversi D3 ke S1. Rencana selesai tahun depan.

"Inilah salah satu rintangan, jalan menuju perbaikan diri"

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Beberapa bulan kemudian.

Dia duduk di ruangan bangsal bersama beberapa perawat.

Ada yang mengklaim parasnya mirip dengan wajahku.

"Benarkah?"

Saya lantas memegang kedua pipinya. Sensasi kulit teraba tak begitu mulus, khas lelaki bermuka tembok. Posisi kepala tegak lurus dengan wajahku. Saya mendekat lalu menatapnya dalam-dalam untuk beberapa lama.

"Benar, tampang ini seringkali saya lihat didalam cermin!" mereka tertawa senang.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Beberapa bulan kemudian.

Malam itu saya bermimpi seakan-akan bersama seorang teman SMU tengah sekarat & sebentar lagi akan menuju kematian. Kawan saya itu terkenal paling pintar matematika di kelas. Dialah andalanGku untuk konsul persoalan matematika hingga kini.

Terlihat sesosok malaikat tengah melakukan check list terhadap sahabat itu lalu saya akan menyusul kemudian. Syarat kematian pertama positif, demikian pula syarat kedua, ketiga.

Hampir terakhir pada pemeriksaan kelima, spontan saya berkata, "seandainya masih diberikan kesempatan hidup kembali, akan banyak tugas yang mesti saya selesaikan"

Tiba-tiba permintaan itu terkabulkan. Tentu saja saya senang & bahagia. Tampaklah di-scan mimpi berikutnya, saya kembali kepada keluarga & bersenda gurau dengan anak tertua. Setelah itu, terbangun.

Bunga tidur ini tafsirnya apa ya? Mirip dengan mimpi sebelum bertugas di Papua Barat. Sama-sama berhubungan dengan kematian.

Saat itu, tertidur sendirian di rumah dinas puskesmas, sebuah pulau di tepi dunia yang sangat terpencil di Kepulauan S.

Saya bermimpi naik kereta api panjang yang bisa terbang. Melintasi sebuah lautan lalu terjatuh di suatu daratan. Saya melihat banyak penumpang kereta bergelimpangan mati berdarah. Hanya beberapa yang selamat.

Saya curiga, jangan-jangan kami yang survive sebenarnya sudah mati, sama dengan mereka. Tubuh terasa sakit & luka banyak mengeluarkan darah. Setelah memastikan, rupanya kami tengah sekarat, berada diantara hidup & mati.

Apakah mimpi ini pertanda datangnya kabar buruk?

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Setelah terbangun dari mimpi & selepas sholat subuh di Kota M, saya membuka WAG rumah sakit, tiba-tiba ada kabar duka bahwa si Duda Satu Minggu baru saja meninggal di Kota K. Operasi kedua setelah operasi pertama, appendectomy, ada sedikit masalah.

Tak disangka, Allah SWT punya rencana lain. Dia lebih menyayangi dengan memanggil kembali keharibaan-Nya. Takdir manusia seringkali tak terduga. Inilah bagian dari misteri kehidupan.

Semoga semua amalan baik almarhum diterima disisi-Nya. Amalan buruk diampuni. Keluarga yang ditinggalkan, diberikan ketabahan.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran 3:185).

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun' (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali)." (QS. al-Baqarah 2:156).

"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman 55:26-27).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar