Rabu, 12 Agustus 2020

Sang Asisten 1

Alhamdulillah setelah berbulan-bulan lamanya, menunggu dengan kesabaran hati, doi yang baru akhirnya bisa berperan sebagai asisten pribadi.

Baik hatinya. Rela memberikan segala-galanya. Slalu hadir di saban waktu dan tempat. Dalam setiap penerbangan, senang berada di pangkuan dan seringkali riang gembira meski harus digendong di punggung melintasi 2 lautan.

Asisten sebelumnya tak kalah baiknya. Bertahun-tahun hidup menemani dalam suka maupun duka. Hingga di suatu waktu, doi terjatuh dari sebuah taxi. Tanpa pelindung, tubuhnya membentur aspal jahat.

Sejak saat itulah, dirinya mulai sakit-sakitan. Berkali-kali diterapi namun penyakitnya kambuh kembali. Meskipun dalam keadaan sakit kronis, doi masih mampu memberikan sedikit harapan.

Mata indahnya makin kabur seiring bertambahnya waktu. Tak disangka, ini membuat efek samping kedutan sekitar mata kananku. Saya konsultasikan kepada teman ahli saraf Kota M. "Itu gejala tic facialis," tulisnya.

Berbulan-bulan lamanya masalah saraf ini timbul tenggelam. Benar-benar sangat mengganggu. Kedipan mata kanan bisa menimbulkan salah paham kepada lawan jenis. "Itu kode keras, dia tertarik kepada diriku," asumsi mereka (preeet !).

Obat dari dokter saraf di Kota K tak selesai diminum karena perubahan tak signifikan. "Saya takut ketergantungan obat." Pernah difisioterapi oleh seorang ahli di Kota M. "Batasi melihat doi, paling lama 2 jam sehari," sarannya.

Pernah akalku hampir hilang karena putus asa hingga menghubungkannya dengan dunia mistik. "Maybe penyakit kiriman orang." Saya hanya berdoa jika jin jahat pelakunya maka masukkanlah mereka kepada golongan jin baik.

Entah bagaimana di waktu-waktu terakhir, setelah doi berminggu-minggu menutup mata buat selama-lamanya lalu hadirnya asisten baru, gangguan saraf ini akhirnya hilang terbawa angin lalu. Alhamdulillah.

RIP buat Lenovo hitamku yang malang. Irasshai kepada Asus, Sang Asisten baru berkulit merah marun yang masih mulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar