Sabtu, 09 Oktober 2021

Bravura 3

Tak seperti biasanya, sore itu setelah istirahat, saya tidak lanjut latihan. Sudah ikut pemanasan (stretching) dan latihan dasar bersama di sesi sebelumnya. Kami berdua larut diskusi tentang organisasi kempo di Indonesia, sejarah awal lahirnya kempo di dunia dan beberapa jurus kempo yang bisa mematikan.

"Bela diri ini di negara kita masih dipengaruhi oleh pimpinan kempo di Jepang. Mulai sabuk hitam Dan IV harus ikut ujian internasional. Pengujinya langsung didatangkan dari sana," ujarnya. Doi mengenakan sabuk hitam dan di bahu kanan tercetak tulisan Dan IV.

Berbeda dengan kebanyakan seni bela diri, Shorinji Kempo dikendalikan secara tunggal di dunia yaitu dari kantor pusatnya di kota kecil Tadotsu, Pulau Shikoku, Jepang.

"Hanya 5 orang pemilik Dan IV di daerah sini. Ada 2 pemegang Dan V di Kota M," tambahnya.

Di dunia, tingkatan tertinggi, Dan IX, dipegang oleh orang Jepang. Ketua Shorinji Kempo saat ini adalah Yuuki So, seorang wanita Jepang dan anak kandung dari pendiri kempo, Doshin So.

Siapakah Dia ?

Doshin So memiliki nama kecil, Nakano Michiomi. Dia lahir pada tanggal 10 Februari 1911 di sebuah desa kecil yang terletak di pegunungan dan perbatasan Prefektur Okayama - Hyogo, Jepang. Ayahnya kecanduan alkohol dan meninggal pada usia muda 30 tahun sementara saat itu dia masih berumur 8 tahun.

Ibunya berstatus single parent yang bekerja keras menghidupi keluarga sejak pagi hingga tengah malam setiap hari. Nakano Michiomi kecil (9 tahun) terpaksa harus mengasuh kedua adik perempuan (7 dan 5 tahun) disaat ibunya tak ada di rumah.

Dua tahun kemudian, ketiga anak itu terpisah karena ibunya sakit-sakitan dan harus mengabdikan diri ke sebuah lembaga keagamaan. Kedua adiknya dipelihara keluarga dari pihak ibu sementara Nakano Michiomi memilih pergi bersama kakek dari pihak ayah ke Manchuria.

Kakeknya seorang anggota Kokyuryukai (Perkumpulan Rahasia Ular Naga Hitam) dan menguasai beberapa seni bela diri (budo) seperti kendo (seni pedang), sojutsu (seni tombak) dan jujutsu (bela diri tangan kosong). Dia belajar darinya selama 7 tahun.

Nakano Michiomi kembali ke Jepang pada awal Mei 1926 ketika ibunya baru saja meninggal dunia. Disusul kematian adik bungsu pada bulan agustus lalu adiknya yang lain pada bulan april setahun kemudian. Kakeknya juga tiba-tiba meninggal pada tahun itu.

Tinggallah dia kini sebatang kara tanpa kehangatan keluarga dan recehan harta benda. Merantau ke Tokyo menjadi pilihan terbaik. Dia tinggal disana bersama seorang kenalan.

Keadaan semakin parah akibat depresi ekonomi setelah Perang Dunia I (1914-1918). Jepang masih berada di Blok Sekutu (Entente) waktu itu melawan Blok Sentral. Perekonomian tidak teratur dan angka pengangguran sangatlah tinggi.

Di usia 17 tahun (1928), Nakano Michiomi masuk menjadi tentara sebagai agen pasukan khusus (Special Expeditionary Force) dan ditempatkan di Manchuria (sekarang Provinsi Dongbei, China).

Manchuria merupakan koloni Jepang yang terletak di wilayah China Barat Laut.

Dia ditugaskan pada sekolah Taoist yang dikepalai oleh Chen Liang. Chen Liang adalah orang penting dalam perkumpulan rahasia (Zaijia Li), guru (shifu) perkumpulan Bunga Teratai Putih (Byakuren) dan Tinju Shaolin Utara (Shorin). Nakano Michiomi mempelajari teknik gerakan Quan Fa (tinju) sekaligus pengajaran Budha (Chan-Zen) dibawah bimbingannya.

Nakano Michiomi terkena penyakit tipus dan dikembalikan ke Jepang. Pada Bulan Januari Tahun 1931, Dia lalu bergabung dengan Kesatuan Angkatan Udara I di Kagamigahara, Prefektur Gifu.

Pada Bulan April 1931, dia pingsan dan menderita demam tinggi ketika latihan terbang malam. Dia memiliki penyakit katup jantung dan harus mendapatkan perawatan selama 6 bulan. Para dokter memperkirakan sisa hidupnya hanya 1 sampai 3 tahun.

Pada Bulan Oktober 1931, Nakano Michiomi kembali ke Manchuria sebagai agen intelijen dan bertemu kembali dengan gurunya, Chen Liang. Karena alasan tak punya umur panjang lagi, dia rela melakukan beberapa misi berbahaya yang bisa mengundang gerimis kematian.

Chen Liang berkata kepadanya bahwa tak ada manusia yang bisa menentukan sisa hidup seseorang dan harus berusaha serta berjuang untuk tetap bertahan hidup. Dia lalu merawatnya dengan pijatan dan teknik akupressur (keimyaku iho, seiho atau seitai jutsu).

Pada tahun 1932, Chen Liang membawanya kepada Wen Taizong di Beijing, China. Wen Taizong merupakan guru besar (shifu) dari Sekolah Shaolin Utara Yihemen Quan (Giwamon Ken) menggantikan Huang Longbai. Melalui Wen Taizong, Huang Longbai bersedia menjadikan Nakano Michiomi sebagai murid.

Dia mengajarinya 36 macam kuncian dan teknik gulat naga (Longxi Zhuji). Dia juga mempelajari teknik lemparan Wa Hua Quan (Goka Ken, Tinju Lima Bunga). Teknik inilah menjadi dasar prinsip lembut dan keras menjadi satu (Goju Ittai) pada Shorinji Kempo.

Sepertinya, Nakano Michiomi memiliki teknik belajar kinestetik sehingga cepat menerima pelajaran melalui gerakan tubuh, selain dari pengalaman berguru kepada kakeknya.

Di musim gugur 1936, Wen Taizong mengangkat Nakano Michiomi menjadi Guru Besar (Shifu) ke-21 dari Yihemen Quan dalam aula dari sebuah reruntuhan Kuil Songshan Shaolin di Xian, Provinsi Shanxi. Wen Taizong juga memberikan nama baru, Doshin So yang berarti "membantu jalan menuju religius".

Tanggal 9 Agustus 1945, serdadu Uni Soviet menyerbu Manchuria lalu menyusul kekalahan Jepang sebagai Negara Poros dari pihak sekutu di Perang Dunia II (1939-1945), Doshin So kembali ke Jepang dan mendarat di Sasebo, suatu daerah di Nagasaki, pada tahun 1946. Kemudian pindah ke Osaka dan berbisnis suatu produk bahan kimia.

Dia lalu ditawari beberapa lahan di Tadotsu, Pulau Shikoku, Daerah administrasi Kagawa. Pada Tahun 1947, Doshin So mendirikan Shorinji Kempo di lokasi itu dan menjadikannya sebagai pusat latihan dan organisasi hingga kini.

Shorinji Kempo sendiri berasal dari kata sho = kecil, rin = hutan, ji = kuil, ken = kepalan tangan/tinju, po = metoda. Kata Shorinji merujuk pada sebuah kuil Shaolin di Tiongkok.

Tanpa sadar, Doshin So mempraktekkan rumus ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) terhadap seni bela diri Shaolinsi Kung Fu hingga memberikannya nama, Shorinji Kempo.

Tak terasa diskusi bersama senpai kempo Dan IV. Latihan para kenshin selesai sudah. Matahari segera mengalami swastamita di sebelah barat. Adzan maghrib kembali bakal bergema di setiap sudut kota lalu datanglah dominasi kegelapan malam.

Sementara itu, perkataan senpai "kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman" akan selalu melekat di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar