Sabtu, 23 Januari 2021

Mimpi Yang Nyata 3

Saya cukup kagum dengan arsitektur Jembatan Layang Maros Bone. Titian itu memiliki lajur menyerupai lingkaran memutari sudut tajam sebuah gunung.

Sebelum mencapainya, kita akan melintasi jalan pertigaan menuju Taman Leang-Leang. Tempat wisata ini bernuansa alam prasejarah. Sayangnya selama ini, saya hanya melewatinya tanpa mau singgah menikmati panorama alam purbakala itu.

Setelahnya, kita akan pergi ke jalan pertigaan menuju Air Terjun Bantimurung di kawasan Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Beberapa kali sudah saya pergi ke sana, terakhir bersama Bunga Sakura mengantar pelancong pasangan bule muslim asal Inggris keturunan afrika. Suami seorang hafidz al Quran sedangkan isterinya bekerja sebagai perawat pediatrik di Ibukota Inggris, London.

Jalanan akan terasa amat berbeda setelah kita mencapai Jembatan Layang Maros Bone. Disinilah, keterampilan para pengendara dan driver pemula benar-benar akan teruji.

Bagaimana tidak, jalanan sempit berliku naik turun, banyak tikungan tajam dan jurang di lembah-lembah bukit kapur yang curam. Permukaan aspal masih kurang mulus. Risiko kecelakaan lalu lintas amatlah tinggi.

Batu gamping yang keras merupakan penyusun utama pegunungan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Terbentuk sejak ribuan tahun lalu. Taman wisata ini diklaim terbesar kedua setelah pegunungan karst di Guangzhou, Tiongkok.

Bagaimanapun, menaiki bukit dan gunung serta menuruni lembah memiliki tantangan tersendiri di perjalanan kali ini. Jalan Poros Bantimurung merupakan jalan darat utama menuju Kota kendari.

Banyak kendaraan besar lalu-lalang di jalan yang berbatasan dengan Kabupaten Bone ini. Untuk mencapai propinsi sebelah maka kita harus memakai jasa angkutan ferry di Dermaga Bajoe.

Namun saat ini, menurut Perawat Juragan Kos, mulai banyak kendaraan yang memilih rute alternatif melingkar di Jalan Poros Wotu Malili, lewat darat tanpa naik ferry lagi.

"Jarak tempuh lebih jauh tapi biaya lebih murah dan tak perlu menunggu lama di pelabuhan," katanya.

Terus terang, saya mulai ragu untuk lanjut mengemudikan ini barang. Tangan dan kedua lutut sedikit bergetar. Detak jantung berdegup lebih kencang. Frekuensi napas terasa lebih cepat.

Saya mengambil napas agak dalam. Segera berpikir positif lalu mencari alasan untuk terus maju. Mobil berjenis matic memiliki kelebihan mudah ganti gigi tanpa injak kopling untuk jalan tanjakan.

Untunglah hari itu, ada Pemetik Harpa. Rupanya dia berpengalaman mengendarai mobil menuju Kota Toraja. Saya punya kesempatan langka memperoleh bimbingan bagaimana teknik mengemudikan mobil di jalanan ekstrim, langsung dari driver expert.

"Ketika akan berpapasan dengan mobil truk dan bis India, sebaiknya kendaraan kita berhenti dalam jarak yang cukup sebelum tikungan untuk memberikan kesempatan jalan kepada mereka."

"Jangan lupa sering-seringlah membunyikan klakson sebelum pendakian dan belokan."

"Jika terlanjur berpapasan dengan mobil besar dan panjang di tikungan maka jangan berhenti di tengahnya tetapi tetap jalan agar terhindar dari risiko tersenggol badan kendaraan."

"Pertahankan ban belakang kiri selalu berada di lajur jalan."

Jurang-jurang mengerikan berada disamping kiri jalan. Selama ini saya hanya fokus pada bagian kanan mobil dan menyepelekan sebelah kirinya.

"Sisi kiri kendaraan lebih berbahaya daripada bagian kanan pada kondisi perjalanan seperti ini," terangnya.

"Jika posisi berhadap-hadapan dan mobil di depan menyalakan lampu jauh maka itu tanda mereka minta lebih didahulukan berjalan daripada mobil kita."

Mobil tiba-tiba berada di belokan, tak ada kendaraan lain, saya asyik memainkan setir. Sungguh enak rasanya!

"Bagaimana ini ? Posisi duduk bergeser ya?"

"Itu namanya membanting setir. Pelan-pelankan saja, tak usah sampai disentak begitu," protesnya.

Saya hanya manut apa saja yang dikatakan. Inilah risikonya jika tak pernah ikut kursus mengemudikan mobil. Halusnya manuver mobil tak terasa !

Pemetik harpa seringkali bepergian ke kampung halaman.

"Jika dibandingkan jalan ke Tator, level kesulitan jalan ini berapa?"

"7"

"Tator?"

"9"

"What ?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar